Ketika Mundur adalah Jalan Kebahagiaan Untukmu
Aku selalu saja senang menunggu esok hari, kamu pun paham
betul aku sampai sulit tidur saking girangnya karena Tuhan luar biasa hebat
telah menciptakan waktu yang bisa aku isi bersamamu dan menciptakan kamu yang
dengan senang hati menghadiahkan waktumu untuk aku gunakan, kebersamaan kita
butuh lebih dari 24 jam dalam sehari.
Malam ini seperti biasa aku duduk di pinggir jendela kamarku
menatap langit, sebuah kebiasaan yang sampai saat ini aku rahasiakan darimu
kalau aku merasa kecewa, bertanya atas diriku yang belum mampu atau bahkan
memang tak mampu membahagiakanmu. Sinar bulan nampak redup dan tak ada bintang
yang menemaninya. Menggambarkan ketidakinginanmu lagi untuk ditemani olehku.
Kelalaian, keburukan, salah jalan, hanyalah bagian dari
hidup yang mestinya patut kita tanggapi dengan bijak, begitu pun dengan kamu
atau aku yang masih tak luput dari salah dalam bersikap. Jika kakimu masih
menapaki bumi, ragamu masih sehat dan kekar serta jiwamu yang enggan menyerah
untuk terus belajar memahami hidup, aku yakin bahwa setiap orang memang diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk memampukan dirinya agar jadi lebih baik, terlepas
dari buruknya masa lalu dan tidak tercapainya tujuan-tujuan hidup disaat-saat
sebelumnya karena kegagalan.
Masing-masing dari kita paham apa-apa saja yang akan
mengecewakan diri, nyatanya aku masih selalu dan akan selalu bisa mengerti
posisimu pada saat tersulit sekali pun, aku tetap mampu meyakinkan diriku bahwa
apa yang telah kita upayakan dan perjuangkan memang pantas untuk terus
dipertahankan. Tidak ada keraguan sedikit pun untukku tetap berada di sisimu.
Tidak dengan kamu. Kamu tidak bisa memahami keyakinanku itu, kamu tidak
mengerti betapaku inginkanmu, justru kamu tenggelam dalam ego yang diselimuti
oleh salah jalan yang jelas kamu lakukan sendiri bahkan kamu putuskan dengan
final.
Aku bertolak belakang dengan optimisme Tuhan, nyatanya aku
memang tidak mampu dan aku benar-benar gagal untuk selalu berlaku indah atas
setiap ciptaan Tuhan yang salah satunya Ia amanahkan kepadaku dalam
perwujudanmu.
Ku maafkan, aku tahu kamu tidak akan pernah menyesali apa
yang telah menjadi keputusanmu. Aku tak ingin dengar jerit salah tanggapmu,
maafkan aku yang lebih memilih jalan dengan meneguhkan hati untuk mengiyakan
keputusanmu, mengubur semua mimpi yang telah tinggi di angan, memutus upaya
yang telah dirajut dan merubuhkan dengan mantap bangunan kokoh yang pernah ada.
Aku tak bisa berbuat banyak, aku hanya menuruti permintaanmu. Tuhan tahu betapa
kecewanya aku, harus mundur karena kamu tak ingin lagi untuk maju bersama, kamu
tak mengizinkanku untuk membahagiakanmu.
Meski tanpamu aku masih bisa merangkai mimpi, aku mampu
capai keberhasilanku, dan semua yang aku cita-citakan bisa aku gapai,
ketahuilah semua itu tak kan pernah lengkap tanpa kehadiranmu yang selalu
menemaniku, kamu tahu bahwa kamulah yang beberapa tahun terakhir telah
menghebatkanku. Jika suatu saat kamu menyadari telah salah langkah, tolong
jangan bujuk Tuhan untuk menghendakimu bertemu denganku, karena sampai kapanpun
aku tak akan pernah mampu menolaknya. Tolong tanamkan dalam benakmu, aku akan
baik-baik saja meski tanpamu karena kamu harus konsisten dengan keputusan yang
telah kamu buat.
Jika kamu sadar aku ini rumah ternyaman yang pernah kamu
tinggali, berdo'alah segala yang baik-baik untuk kebaikan kita masing-masing,
karena aku akan tetap terjaga mendo'akanmu agar Tuhan selalu melindungi dan
tidak mengubah skenario-Nya lagi untuk kembali menyatukan kita. Aku sadar kisah
kita memang bukan untuk dipersatukan, melainkan supaya kita sama-sama belajar
agar jadi pribadi yang lebih baik dalam kesempatan yang tidak lagi sama seperti
dulu.
Kamu layak bahagia meski tanpaku.
Komentar
Posting Komentar