Lara

Aku ingin lara ini lenyap, tak mengingat lagi kebahagiaan yang berselimut kecewa itu. Aku tidak dendam, aku tidak benci, hanya bisa menyesali. Tak henti-hentinya aku menyalahkan diri. Bukan kamu yang salah, Aku yang tidak sanggup menerima lebih dan kurangmu, Aku yang kurang sabar meredam segala egomu, Aku yang tidak kuat memantapkan diri untuk menemanimu. Lelaki hanya butuh ditemani, perempuan hanya butuh dimengerti. Namun sayang, kita tidak pernah bisa memahami kedua hal yang bermakna sangat penting itu dalam menjalin cinta. Cinta saja rupanya tidak cukup. Keduanya harus mendalami dengan penuh kerelaan demi menyadari untuk apa kita bersama? Sepasang pemilik rasa memang sering mengabaikan betapa vitalnya menjaga komitmen. Komit terhadap apa yang sudah diraih bersama, bagaimana sulitnya mencapai tujuan bersama, dan senantiasa menganggap penting "Bahwa tanpamu aku bukan siapa-siapa, bahwa tanpamu aku tidak akan bisa melewatinya".

Aku yang salah. Aku tidak mengerti kamu dengan baik. Aku tidak becus, Tuhan tak mengizinkanku untuk menemanimu. Untuk itu, ku biarkan kamu pergi. Aku tak mau menyakitimu lagi, aku tak akan memaksamu lagi, kamu bebas tentukan seperti apa kebahagiaan idealmu. Hari ini, disini, aku berdamai dengan keadaan. Menyimpan semua gundahku, menutup rapat semua problematika, menghapus kekesalan dan menggantinya dengan segala kebaikan. Tentu tidak akan sempurna, tapi aku kan tetap berupaya. Kembali ke pribadi yang bergantung pada diri sendiri seperti dulu sebelum aku bersama-sama dengan kamu. Sangat sulit, tapi kan kupaksakan agar masing-masing dari kita bisa terus menjalani hidup meskipun tak beriringan lagi.

Ku pastikan tak akan ada lagi lara yang menyakiti kita meski sampai kapan pun jejak-jejak kebersamaan yang lalu tidak akan pernah bisa dilupa, baik kamu apalagi aku. Do'akan aku agar kuat. Lenyap lah lara kita, selamat berbahagia dengan permaisuri masa depan di kerajaan kasihmu. 

Komentar

Postingan Populer